"KENAKALAN REMAJA DAN SOLUSI UNTUK MENGATASINYA"
Kenakalan
remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan
sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku
menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.
Untuk
mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya
perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya
karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan
perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak
mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku
tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia
tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Hal ini disebabkan karena pada
dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada
situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi
kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal
biasanya dapat menahan diri dari penyimpangan.
Masalah
sosial perilaku menyimpang dalam “Kenakalan Remaja” bisa melalui
pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual
melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi,
perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak
berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Perilaku disorder
tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak,
melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari
transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.
Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi
dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa
hal.
Proses
sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi
sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh
sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai
dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Dalam hal ini
penulis menitik beratkan pada fungsi keluarga sebagai proses sosialisasi
pada tahap awal.
Mengenai
pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang
bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi
sosial sebagai sumber masalah. Seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh
karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pada umumnya pada remaja yang mengalami gejala
disorganisasi keluarga, norma, dan nilai sosial menjadi kehilangan
kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah,
sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku
yang salah satunya yaitu kenakalan remaja.
Pada
dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja
yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.
Remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka
menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai
suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Kenakalan remaja adalah kelainan
tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar
norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat.
Singgih
D. Gumarso mengatakan, dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan
dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1)
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai
pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama
dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut
bentuknya, Sunarwiyati S. membagi kenakalan remaja kedalam tiga
tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran,
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa
SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam.
Tentang
normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah
dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim, bahwa perilaku menyimpang
atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta
sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam
batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin
menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal
sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat,
perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada
sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku
yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang
disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Menurut
pandangan atau teori Durkheim dapat dikatakan kenakalan remaja
disebabkan oleh ketidak berfungsian salah satu organisasi sosial yang
dalam masalah ini adalah organisasi keluarga. Istilah keberfungsian
sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan
kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya.
Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting
dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus
dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari
keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif
diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya.
Keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas
dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa
adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai
kebutuhan hidupnya.
Hubungan
Antara Kenakalan Remaja Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga dalam
kerangka konsep telah diuraikan tentang keberfungsian sosial keluarga,
diantaranya adalah kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif
bagi keluarga yaitu jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupan, peranan, dan fungsinya serta mampu memenuhi kebutuhannya.
Dibawah
ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yang
disebabkan oleh keluarga yang diantaranya akan dibahas dibawah ini :
1. Pekerjaan Orang Tua
Hubungan
antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan remaja. Untuk
mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan
orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan
orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi
kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam
keberfungsian sosial, salah satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya.
Bagi
keluarga yang hanya sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai penanaman
nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua itu
maka anak-anaknya lebih tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang
mengarahkan pada kehidupan yang normative.
2. Keutuhan Keluarga
Hubungan
antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan remaja Secara
teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja.
Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga
yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam
interaksinya di keluarga. Namun demikian ketidakutuhan sebuah keluarga
bukan jaminan juga karena ada mereka yang berasal dari keluarga utuh
yang melakukan kenakalan bahkan kenakalan khusus.
3. Kehidupan Beragama Keluarga
Kehidupan
beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat
keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga
dilihat dari segi rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban
agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma
yang baik.
4. Sikap Orang Tua Dalam Mendidik
Hubungan
antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat
kenakalan juga berpengaruh. Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan
pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang tua dalam mendidik
anaknya. Mereka yang orang tuanya kurang memperhatikan dan tidak
memperhatikan sama sekali dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya
terhadap kehidupan anak.
Hubungan
antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat kenakalan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau
tidak mau harus berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Mereka yang
berhubungan serasi dengan lingkungan sosialnya bagi keluarga yang kurang
dan tidak serasi hubungannya dengan tetangga/ lingkungan sosialnya
mempunyai kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang
lebih berat yaitu kenakalan khusus daripada keluarga yang interaksinya
dengan tetangga kurang atau tidak serasi.
>Solusi Jitu<
Menurut
teori Durkheim kenakalan remaja disebabkan ketidak berfungsian sebuah
organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi keluarga, untuk itu
solusi yang diambil yaitu memfungsikan kembali organisasi itu atau
keluarga untuk mencegah tingkat kenakalan remaja tersebut.
Berdasarkan
kenyataan itu pula dapat diambil solusi untuk memperkecil tingkat
kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan
keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan
sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang
programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara
keseluruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja
dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan
meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama
diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program
pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan
kebutuhan.
Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan
dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para
ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
* Kartono, ilmuwan sosiologi
“Kenakalan
Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
* Santrock
"Kenakalan
remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah
kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus
sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada
1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-jenis kenakalan remaja:
* Penyalahgunaan narkoba
* Seks bebas
* Tawuran antara pelajar
Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan
biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja
terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja
yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian
orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu
memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:
1.
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa
dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
0 komentar